Halaman

Jumat, September 26, 2008

Sekolah Bagus = Lulusan yang Baik?

Tidak ada penyesalan sedikitpun saya sekolah di SD, SMP, SMU, sampai Universitas yang diakui masyarakat sebagai sekolah-sekolah yang bagus. Hanya setelah baca novel Andrea Hirata, Laskar Pelangi, yang sekarang lagi diputar filmnya di seluruh bioskop Indonesia, terbentuk suatu perasaan dan pemikiran yang mungkin dirasakan oleh hampir seluruh pembaca novel itu. Saya merasa alangkah beruntungnya nasib saya selama ini dibandingkan kesepuluh sahabat itu. Tapi apa ini yang benar-benar saya butuhkan? Benarkah dengan sekolah di tempat yang bagus, kokoh, mahal, dan terkenal akan menjamin kreativitas dan kejeniusan itu muncul? Apa benar akan tercipta suatu generasi muda penerus yang berkualitas? Teorinya memang seharusnya begitu. Tapi mungkin ada beberapa hal yang kurang mendapat perhatian dari para pengajar dan pendidik yang ada di sekolah-sekolah bagus itu. Akhlak, kejujuran, prinsip hidup, semangat, dan sebagainya. Di sekolah-sekolah kebanyakan sekarang ini hal-hal itu hanya sebatas pelajaran yang tercetak dalam buku dan disampaikan untuk dihapalkan agar ketika ujian, murid-murid bisa menjawab dengan tepat dan nilainya bagus. Hal-hal itu kehilangan nyawanya. Akan sangat indah dan meresap jika hal-hal itu disampaikan oleh sang guru dari hatinya, tulus, ikhlas.
Anak-anak usia sekolah siap menelan semua yang diterimanya di sekolah. Jika orientasi pendidikan hanya sebatas nilai bagus, pelajaran tentang hal-hal yang saya sebutkan tadi akan sia-sia bahkan bisa membentuk sikap negatif. Contoh kecil, anak-anak disuruh menghapal, ketika disodorkan pertanyaan "apa yang akan kamu lakukan jika melihat duri di tengah jalan?". Anak tersebut akan menjawab "menyingkirkan duri itu dari jalan". Sepintas memang itulah jawaban paling benar. Tapi maknanya jauh lebih dalam dari itu. Justru keterpaksaan si anak untuk menjawab seperti itu akan membentuknya menjadi pribadi yang palsu. Bukan sikap yang diajarkan disini tapi keharusan menjawab yang benar. Apa iya yang menjawab seperti itu benar-benar melaksanakan apa yang mereka jawab kalau dalam kenyataan mereka menghadapi situasi seperti itu? Sepertinya masih banyak duri yang berserakan di jalan...
Mereka yang sudah diracuni oleh kekeliruan cara mendidik pasti sempat berpikir "apa untungnya kalau aku menyingkirkan duri itu?". Secara tidak langsung juga didikan ini mengajarkan sang anak untuk berbuat apapun, dalam hal ini berbohong, untuk mendapatkan sesuatu. Mungkin terlihat sepele, tapi hal kecil seperti ini akan tertanam jelas di pikiran mereka yang akhirnya ketika dewasa, didikan ini beradaptasi dengan tuntutan hidup. Bisa dibayangkan kan hasilnya seperti apa?

0 comments:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...